Press Release, Updates

Serunya Diskusi Breakfast Forum: Refleksi 25 Tahun Reformasi

Breakfast Forum telah dilaksanakan pada 4 Agustus 2023 dengan mengambil tema Refleksi 25 tahun Reformasi: Mewujudkan Indonesia Emas 2045 di Financial Hall, Graha CIMB Niaga, Lantai 2, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. Breakfast Forum kali ini akan membahas mengenai:
– Capaian ekonomi dan pembangunan yang sudah berhasil dilaksanakan selama 25 tahun Reformasi.
– Perkembangan aspek institusi, industri, dan ketimpangan selama era Reformasi.
– Tantangan ekonomi yang masih belum mampu diselesaikan selama era Reformasi.
– Solusi untuk menyelesaikan tantangan pembangunan dan ekonomi yang belum selesai dalam 25 tahun Reformasi.

 

 

 

 

 

 

Acara dibuka dengan sambutan dari Sekretaris Jenderal ILUNI FEB UI, Freddy Hendradjaja dan Perwakilan dari Dekanat Ketua Program Studi Akuntansi, Yulianti Abbas.

Breakfast Forum kali ini dipandu oleh Rachel Elizabeth Hosanna (FEB UI 2011)


Sebelum sesi diskusi dimulai, Prof. Mohammad Ikhsan memberikan pandangannya mengenai Refleksi 25 Tahun Reformasi.


Sebagai moderator adalah Ibrahim Kholilul Rohman, Peneliti Senior IFG Progress dan Dosen FEB UI, diskusi dalam BF ditujukan untuk melakukan refleksi dari 25 tahun perjalanan reformasi di Indonesia serta melakukan evaluasi keberhasilan dan melihat room for improvement untuk kebijakan yang belum berhasil atau bahkan belum dilaksanakan.

Diskusi ini diharapkan akan memberikan gagasan kebijakan yang dibutuhkan untuk mencapai target Indonesia emas 2045. Target tersebut tertuang dengan beberapa indikator diantaranya, menjadikan Indoneia sebagai kekuatan ekonomi ke-5 terbesar di dunia dengan middle income class sejumlah 80% dari populasi, GNI per capita USD30.300, rata-rata pertumbuhan investasi 6,8% dan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sebesar 4,6% — besarnya investasi untuk menciptakan output.

Ninasapti Triaswati, Ekonom FEB UI, menyoroti kekuatan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir khususnya terkait tingkat konsumsi rumah tangga dan ekspor yang stabil. Namun tidak tertutup fakta bahwa kondisi ini dibarengi dengan tantangan di mana proporsi sektor formal dalam struktur ketenagakerjaan semakin menurun. Dalam setiap pencapaian perekonomian, Indonesia juga menghadapi biaya ekonomi yang mahal akibat deforestasi serta tingkat ICOR yang semakin tinggi.

Kiki Verico,  Tenaga Ahli Menkeu Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, menjelaskan kestabilan makroekonmi sepanjang 1960-2022 di mana terdapat 15 tahun perekonomian Indonesia terkategori produktif, terutama di tahun 2021 dan 2022. Berdasarkan data historis dalam 20 tahun terakhir, perekonomian Indonesia tumbuh sekitar 5% per tahun, dari pendapatan per kapita USD1.000 pada tahun 2002 menjadi USD4000 pada tahun 2022 (empat kali lipat). Sekarang, jika kita bertujuan untuk mengerek ekonomi dari pendapatan USD 4.000 pada tahun 2022 menjadi USD 23.000 pada tahun 2042 maka diperlukan pertumbuhan tahunan minimal 7,5%/tahun.

Faisal Basri, Ekonom Senior FEB UI, memberikan inisiasi bahwa reformasi telah menghilangkan banyak praktik monopoli, yang menimbulkan distorsi di pasar, seperti: tata niaga cengkeh, mobil nasional, monopoli bawang putih, dan tumpang tindih antara BUMN sebagai operator sekaligus sebagai regulator selama Orde Baru. Dalam setidaknya 10 tahun terakhir, Inflasi yang relatif rendah menjadi prasyarat perekonomian yang kondusif. Namun, Pak Faisal juga menyoroti pertumbuhan yang melambat sejak 2015 sehingga GNI per kapita Indonesia berpotensi tersusul oleh Vietnam dan Filipina. Terlebih sejak 2000-2020, Total Factor Production (TFP) mengalami pertumbuhan negatif di mana proporsi sektor manufaktur terhadap PDB dan ekspor semakin menurun.


Breakfast Forum kali ini menjadi lebih istimewa dengan kehadiran Prof. Sri Edi Swasono yang memberikan catatan akan pentingnya membedakan “Pembangunan Indonesia” dan “Pembangunan di Indonesia.” Pembangunan Indonesia mensyaratkan kesejahteraan yang merata dari hasil-hasil pembangunan sementara pembangunan di Indonesia hanya berorientasi kepertumbuhan fisik, tanpa adanya pemerataan dan pembangunan manusia.

Sesi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab yang membuat diskusi semakin seru. Di akhir acara, terdapat pengumuman pemenang doorprize voucher UI Store dan voucher Optik Tunggal bagi para peserta.
Breakfast Forum akan diadakan kembali pada kuartal IV dengan topik-topik yang relevan sebagai bagian kontribusi ILUNI FEBUI untuk para mahasiswa, alumni, dan pemangku kepentingan di Indonesia. Selama ini, Breakfast Forum telah menjadi flagship event ILUNI FEB UI dalam lebih dari 10 tahun terakhir yang tidak ditemui pada ikatan alumni manapun di Indonesia. Sehingga, kehadirannya selalu ditunggu dan menjadi tempat untuk bersilaturahmi juga dengan sesama alumni maupun dosen FEBUI.

Terima kasih kepada para sponsor Bank Mandiri, Optik Tunggal, dan IFG atas dukungannya terhadap acara Breakfast Forum kali ini.